Bell’s Palsy: Istilah Medis Penyakit Sempengot di Bali

Pernahkan kalian mendengar kata sempengot? Kata sempengot ini sering terdengar oleh masyarakat Bali dengan penyakit non medis, yaitu seseorang dengan wajah tidak simetris. Apakah kalian tahu bahwa sempengot ini merupakan suatu penyakit yang disebut dengan Bell’s Palsy? Istilah Bell’s Palsy ini jarang terdengar di masyarakat umum. Namun, sering disebut dengan sempengot, khususnya masyarakat di Bali.

Lalu, apa sebenarnya penyakit ini,  bagaimana penyakit Bell’s Palsy ini bisa terjadi, dan apa saja gejalanya? Mari simak informasi berikut ini!

Bell’s Palsy merupakan kelumpuhan pada salah satu saraf wajah atau kelemahan pada otot wajah. Kelemahan ini biasanya terjadi di satu sisi wajah. Kejadian dari penyakit ini berkisar 23 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya. Data yang dikumpulkan di 4 buah rumah sakit di Indonesia diperoleh frekuensi Bell’s Palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati, dan terbanyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Bell’s Palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan perbandingan yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama.

Belum diketahu betul penyebab dari Bell’s Palsy. Namun, diperkirakan penyakit ini disebabkan oleh peradangan yang diarahkan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap pergerakan saraf yang mengendalikan wajah. Selain itu, faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi terjadinya Bell’s Palsy, yaitu diabetes, tekanan darah tinggi, cedera, racun, infeksi virus, dan wanita hamil terutama pada trimester ketiga.

Kemudian apa saja gejala yang ditimbulkan dari penyakit Bell’s Palsy ini? Terjadi nyeri di belakang telinga selama satu atau dua hari, sudut mulut jatuh, garis dan lipatan kulit juga terpengaruh, garis dahi menghilang, lipatan palpebra melebar, dan ketidakmampuan untuk menutup mata di sisi wajah yang terkena. Kantong mata bawah jatuh, disertai air mata yang menetes melewati pipi. Makanan yang mengumpul di antara gigi, pipi, dan menetes dari sudut mulut. Penderita juga mengeluh ada rasa tebal atau mati rasa dan terkadang mengeluh nyeri di wajah.

Setelah mengetahui apa itu Bell’s Palsy, penyebab, dan juga gejalanya, kita juga perlu mengetahui pencegahan-pencegehan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit Bell’s Palsy ini. Melakukan olahraga teratur, mengonsumsi makanan bergizi dan tinggi serat, melakukan vaksin untuk menghindari virus, dan melakukan pemeriksaan secara rutin.

Nah, kalian pasti kenal fisioterapi kan? Jadi, fisioterapi ini merupakan solusi yang dapat kita datangi untuk pasien Bell’s Palsy. Tujuan fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan, yaitu mengurut / massage otot wajah selama 5 menit pagi dan sore atau dengan faradisasi (alat pengobatan). Selain itu, obat yang biasa digunakan untuk mengobati Bell’s Palsy, yaitu kortikosteroid adalah obat yang dapat mengurangi pembengkakan saraf pada wajah dan obat antivirus untuk mengatasi infeksi virus yang juga terjadi. Contoh obat antivirus, yaitu valacyclovir atau acyclovir.

Daftar Pustaka

Adam OM. 2019. Bell’s Palsy. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma. 8(1):137-149. Available at: https://journal.uwks.ac.id/index.php/jikw/article/download/526/pdf (diakses 1 Mei 2021)

Bahrudin M. 2011. Bell’s Palsy. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. 7(15): 20-25. Avialable at: https://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/download/4073/4451/0 (diakses 1 Mei 2021)

Johns Hopkins medicine. n.d. Bell’s Palsy. Available at: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/bells-palsy (diakses 1 Mei 2021)

Mayoclinic. n.d. Bell’s Palsy Symptoms and Cause. Available at: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bells-palsy/symptoms-causes/syc-20370028 (diakses 1 Mei 2021)

Mayoclinic. n.d. Bell’s Palsy Diagonis and Treatment. Available at: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bells-palsy/diagnosis-treatment/drc-20370034 (diakses 1 Mei 2021)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *