KENALI PENYAKIT TULANG BELAKANG ; SKOLIOSIS

 

Skoliosis adalah kelainan tulang yang terjadi kelengkungan pada tulang belakang, posisi tulang belakang membengkok menjadi bentuk C dan S. Postur skoliosis didefinisikan oleh Scoliosis Research Society sebagai kelengkungan lateral tulang belakang yang lebih besar dari 10 derajat (Nabila, 2020).

Data dari American Academy of Orthopaedic Surgeon  menunjukkan 1,26 juta orang mengalami kelainan tulang belakang, termasuk skoliosis. Prevalensi skoliosis pada populasi sekolah di Singapura adalah 0,93% untuk anak perempuan dan 0,25% untuk anak laki-laki.  Prevalensi keseluruhan skoliosis pada anak sekolah di Korea adalah 3,26%. Wanita lebih maju dan membutuhkan perawatan serius untuk skoliosis. Pada wanita, lebih sering terjadi bila rasionya 7:1. Di Indonesia khususnya di Jakarta prevalensinya bervariasi antara 4 sampai 4,5% sesuai dengan pola umum yang berlaku. Proporsi terjadinya skloliosis pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Wahyuddin, et al., 2021).

Gejala dari skoliosis bisa dilihat dari modifikasi tampilan bahu, dada, dan pinggul. Berikut ini gejala yang dapat dilihat dari tampilan fisik:

  1. Bahu tinggi sebelah
  2. Pinggul lebih tinggi sebelah
  3. Panjang dari kaki tidak sama
  4. Tubuh pasien lebih condong ke salah satu sisi

Skoliosis disebabkan oleh efek kongenital (bawaan dari lahir), traumatis (kejadian yang menyebabkan trauma), degeneratif atau idiopatik (penyebab tidak diketahui). Penyebab skoliosis lainnya adalah posisi duduk menyamping, yang mengarah pada terpeliharanya mekanisme pelindung otot tulang belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasinya sebenarnya adalah penggunaan otot yang berlebihan di satu sisi yang terus, jika hal ini terus berlanjut pada sistem musculoskeletal (rangka, otot dan sendi), berbagai keluhan seperti nyeri otot, nyeri gerak atau punggung, kontraksi otot dan penumpukan keluhan terjadi pada tulang belakang, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya. Gangguan pada sistem pernapasan, pencernaan, dan kardiovaskular (sistem peredaran darah). Penyakit tulang belakang dapat menyebabkan berbagai masalah penyakit muskuloskeletal, neuromuskuler, dan bahkan pernapasan.

Intervensi yang dapat dilakukan oleh Fisioterapis untuk penyakit skoliosis adalah:

  • Metode Scroth

Metode ini berfungsi untuk memperbaiki kelengkungan tulang belakang, memperbaiki posisi tubuh, meningkatkan stabilitas dan kekuatan otot inti, lebih mudah bernapas, mengurangi rasa sakit, memperbaiki pola dan fungsi gerakan secara keseluruhan, serta memperbaiki keselarasan pinggul.

Latihan Schroth terdiri dari tiga bagian:


1.Simetri Otot
Perubahan kelengkungan tulang belakang juga memengaruhi otot belakang. Satu sisi otot belakang bisa melemah dan menyusut, sementara sisi lainnya bisa menunda lebih banyak “kerja keras”. latihan Scroth memungkinkan otot kembali simetris.


2. Rotational Angular Breathing 
Metode ini mempergunakan teknik pernapasan yang khusus. Tekniknya adalah memutar tulang belakang menggunakan pernapasan untuk membentuk tulang rusuk dan jaringan lunak yang mengelilinginya.

3. Deteksi postur tubuh

Pasien skoliosis dituntun untuk menyadari postur tubuh mereka. Menyadari postur tubuh anda adalah langkah pertama untuk memperbaiki skoliosis.  

 

 

Sumber :

 

E, Nabila 2020, ‘Efektivitas Skoliometer Sebagai Alat Deteksi Dini Skoliosis’, Health & Medical Jounal, Vol. II, no 1.

Wahyuddin, Wiwit, Anggita, Y.M., 2021, ‘Hubungan Beban Tas dengan Resiko Skoliosis pada Remaja’, Jurnal Fisioterapi, Vol. 21, no 1.

Syah, I 2021, ‘Program Pemeriksaan Skoliosis pada Anak Sekolah Dasar’, Empowering Society Journal, Vol. 2, no 2.

Indriaswati, S 2018, ‘Hubungan Antara Posisi dan Durasi Duduk dengan Skoliosis pada Remaja Usia 10-19 Tahun’.

 

 



 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *